https://agroteknika.id/index.php/agtk/issue/feedAgroteknika2025-11-03T13:19:34+07:00Hendrajurnalagroteknika@gmail.comOpen Journal Systems<p>Nama Jurnal <strong> Agroteknika</strong><br>ISSN <strong> <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1561443574" target="_blank" rel="noopener">2685-3450</a> (Elektronik)</strong><br> <strong><a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1562131516" target="_blank" rel="noopener">2685-3353</a> (Cetak)</strong><br>DOI Lama <strong><a href="https://search.crossref.org/?q=2685-3450&from_ui=yes" target="_blank" rel="noopener">prefix 10.32530 oleh <img src="http://ijain.org/public/site/images/apranolo/Crossref_Logo_Stacked_RGB_SMALL.png" width="44" height="12"></a><br></strong>DOI Baru <strong><a href="https://search.crossref.org/?q=2685-3450&from_ui=yes" target="_blank" rel="noopener">prefix 10.55043 oleh <img src="http://ijain.org/public/site/images/apranolo/Crossref_Logo_Stacked_RGB_SMALL.png" width="44" height="12"></a></strong><br>Frekuensi<strong> Mulai tahun 2024, 4 terbitan per tahun</strong><br><strong> (Maret, Juni, September dan Desember)<br></strong> <strong>sebelumnya 2 terbitan (Juni dan Desember)</strong><br>Kebijakan Akses <a href="https://agroteknika.id/index.php/agtk/akses" target="_blank" rel="noopener"><em><strong>Open Access <img src="/public/site/images/sysadmin/openaccess1.png" width="45" height="17"></strong></em></a><br>Biaya Publikasi <strong><a href="https://agroteknika.id/index.php/agtk/biaya">Rp. 600.000,-</a> (Mulai 6 Januari 2025)</strong><br>Editor in chief <strong><a href="https://scholar.google.co.id/citations?user=mDTmXtwAAAAJ&hl=en" target="_blank" rel="noopener">Hendra</a> </strong> Scopus ID: <strong><a href="https://www.scopus.com/authid/detail.uri?authorId=57963611700" target="_blank" rel="noopener">57963611700</a></strong><br>Penerbit<strong> <a href="https://gesociety.org" target="_blank" rel="noopener">Green Engineering Society</a><br>Status <a href="https://sinta.kemdikbud.go.id/journals?q=agroteknika" target="_blank" rel="noopener"> Terkreditasi Nasional SINTA 3</a> <br> <a href="https://drive.google.com/file/d/17sDWbazlUA5uR8lVnM3enpwSKyO5f_UG/view?usp=sharing" target="_blank" rel="noopener">Nomor 85/M/KPT/2020</a></strong></p>https://agroteknika.id/index.php/agtk/article/view/479Stabilitas dan Penentuan Umur Simpan Minuman Jeli Carica dengan Variasi Suhu Penyimpanan dan Kemasan Menggunakan Metode Arrhenius2025-11-03T13:19:34+07:00Santi Dwi Astutisanti.astuti@unsoed.ac.idLaksmi Putri Ayuningtyaslaksmiputria@gmail.comErvina Mela Dewiervina.mela@unsoed.ac.idIndah Nuraeniindah.nuraeni@unsoed.ac.idFina Hadina Al-AulaFinahadina77@gmail.com<p><em>Salah satu produk diversifikasi olahan buah carica adalah minuman jeli carica. Informasi umur simpan penting </em><em>untuk rekomendasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Penelitian ini bertujuan mempelajari perubahan sifat fisik, kimia dan sensori minuman jeli carica yang disimpan dengan jenis kemasan, suhu penyimpanan, dan waktu yang berbeda serta menentukan umur simpannya dengan metode Arrhenius. Tahapan peneltian meliputi persiapan, pembuatan produk, analisis kimia, fisik dan sensori, analisis data dan penetapan umur simpan. Proses pembuatan minuman jeli carica meliputi pencampuran bahan sampai homogen, dilakukan perebusan lalu ditambahkan bahan tambahan pangan. Minuman jeli carica dikemas dengan menggunakan botol dan cup PET (Polyethylene terephtalate) dan disimpan dalam inkubator dengan suhu yaitu 35°C, 45°C, 55°C. Analisis sifat kimia, fisik dan sensori dilakukan pada hari ke-5, 10, 15, dan 20. Analisis fisik meliputi nilai kecerahan (L), analisis kimia meliputi vitamin C dan viskositas. Analisis sensori meliputi flavor, warna kuning, kekenyalan dan kesukaan secara keseluruhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minuman jeli carica yang dikemas dalam botol PET memiliki kadar vitamin C yang lebih tinggi daripada cup PET</em>, <em>jika dibandingkan dengan cup PET, minuman jeli carica dengan kemasan cup PET memiliki viskositas dan kesukaan secara keseluruhan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan botol PET. Peningkatan suhu menyebabkan penurunan kadar vitamin C, viskositas, kekenyalan, warna kuning, dan kesukaan secara keseluruhan. Semakin lama waktu penyimpanan (0 sampai 20 hari) menyebabkan penurunan kadar vitamin C, kecerahan, viskositas, kekenyalan, warna kuning dan kesukaan secara keseluruhan. Umur simpan minuman jeli carica dengan kemasan botol PET pada suhu 8 °C adalah 6,17 bulan, suhu ruang (25°) adalah 4,85 bulan. Sedangkan umur simpan pada kemasan cup PET pada suhu 8 °C adalah 6,09 bulan, dan pada suhu ruang (25°) adalah 4,67 bulan.</em></p>2025-11-03T13:19:33+07:00Copyright (c) 2025 Santi Dwi Astuti, Laksmi Putri Ayuningtyas, Ervina Mela Dewi, Indah Nuraeni, Fina Hadina Al-Aulahttps://agroteknika.id/index.php/agtk/article/view/497Pengaruh Pemberian Beberapa Konsentrasi Elisitor Cu2+ Terhadap Kandungan Katekin pada Kalus Tanaman Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb) Secara In Vitro2025-10-01T13:54:51+07:00Yenni Anisah Putriyennianisahh23@gmail.comAprizal Zainalap_zainal@yahoo.comWarnita Warnitaap_zainal@yahoo.com<p><em>Tanaman gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb) merupakan komoditi unggulan Sumatera Barat penghasil senyawa polifenol terutama katekin yang memiliki manfaat sebagai antioksidan sehingga digunakan dalam berbagai bahan baku industri seperti farmasi, kosmetik, dan pangan. Prospek pasar ekspor yang tinggi namun mutu gambir yang diekspor masih rendah. Penggunaan kultur suspensi sel dengan penambahan elisitor seperti ion tembaga Cu²⁺ dapat menjadi solusi efektif dengan meningkatkan produksi metabolit sekunder dalam jumlah banyak dan waktu singkat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi elisitor Cu<sup>2+</sup> terbaik dalam peningkatan kandungan katekin kalus gambir. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pemberian elisitor Cu<sup>2+</sup> (0, 2, 4, dan 6 mg/l) sebagai perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian elisitor Cu<sup>2+</sup> belum mampu untuk meningkatkan kandungan senyawa katekin pada kalus gambir karena hanya ditemukan pada perlakuan 0 ppm 7 HSS dan terdapat beberapa senyawa bioaktif yang muncul pada kromatogram pengujian HPLC yang tidak dapat teridentifikasi oleh standar katekin yang digunakan.</em></p>2025-09-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Yenni Anisah Putri; Aprizal Zainalhttps://agroteknika.id/index.php/agtk/article/view/583Inovasi Pengendalian Rayap Kayu Kering (Cryptotermes spp.): Pengujian Multiaspek Biopestisida Nabati Berbasis Ecoenzyme Terhadap Mortalitas, Repelensi, dan Perlindungan Substrat2025-10-03T14:47:08+07:00Nike Triwahyuningsihniketriwahyu19@gmail.comAmrina Yasmine Shafiraamrinayasmines@gmail.comTati Budi Kusmiyartitatibudi@unud.ac.idAlief Yahya Maulanaaliefyahyamaulana123@gmail.com<p><em>Rayap kayu kering (Cryptotermes spp.) merupakan hama perusak kayu yang menyebabkan kerugian ekonomi signifikan, dan penggunaan pestisida kimia konvensional menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan. Inovasi penggunaan biopestisida perlu dilakukan untuk meningkatkan efikasi dan stabilitasnya. Sebuah penelitian dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian biopestisida berbasis ecoenzyme terhadap mortalitas, repelensi, dan daya cegah serangan rayap kayu kering. Biopestisida-ecoenzyme dibuat dengan cara memfermentasi 7 bahan nabati sebanyak 12,5% di dalam ecoenzyme selama 30 hari. Pada uji aplikasi biopestisida dan penentuan LC<sub>50</sub>, percobaan disusun menurut rancangan acak lengkap dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah cara pemberian (uji mortalitas, uji repelensi, dan uji proteksi) dan faktor kedua adalah dosis biopestisida (0, 10, 20, 30, 50, dan 75%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa biopestisida-ecoenzyme secara signifikan efektif dalam mengendalikan populasi rayap kayu kering melalui tiga mekanisme utama, yaitu: 1) bio-pestisida mampu menyebabkan kematian pada rayap kayu kering dengan nilai LC<sub>50</sub> 5,90%; 2) biopestisida mampu mengusir rayap kayu kering dengan nilai LC<sub>50</sub> 35,77%; 3) biopestisida mampu mencegah serangan rayap kayu kering dengan nilai LC<sub>50</sub> 56,97%. Dengan demikian biopestisida berbasis ecoenzyme memiliki potensi besar sebagai agen pengendali hama rayap kayu kering yang efektif. Pada uji frekuensi pemberian biopestisida, percobaan disusun menurut rancangan acak lengkap dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah dosis biopestisida (0, 6, 36, dan 57%) dan faktor kedua adalah frekuensi pemberian (1, 2, dan 3 minggu sekali). Hasil pengujian frekuensi pemberian biopestisida menunjukkan mortalitas rayap sangat tinggi (lebih dari 80%) dengan aplikasi hanya setiap 3 minggu sekali menggunakan konsentrasi 6%.</em></p>2025-09-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Nike Triwahyuningsih, Amrina Yasmine Shafira, Tati Budi Kusmiyarti, Alief Yahya Maulanahttps://agroteknika.id/index.php/agtk/article/view/529Keseimbangan Hormonal Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif terhadap Produksi Kakao melalui Aplikasi Paclobutrazol2025-10-03T16:52:28+07:00Reynaldi Laurenzereynaldilaurenze@unhas.ac.idNasaruddin Nasaruddinnnasaruddin@gmail.comReski Anugraeni Rahmanreskianugraenirahmansp@mail.ugm.ac.id<p><em>Produktivitas kakao di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan, masih menghadapi tantangan rendahnya hasil panen akibat tingginya persaingan antara tunas muda dan buah sehingga terbentuk layu pentil. Mengingat peran strategis kakao dalam mendukung perekonomian lokal dan nasional, diperlukan inovasi dalam teknik budidaya untuk meningkatkan efisiensi reproduksi dan hasil tanaman. Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah penggunaan paclobutrazol sebagai zat pengatur tumbuh, yang berpotensi menekan pertumbuhan vegetatif dan mengalokasikan asimilat terfokus ke pertumbuhan reproduktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan reproduksi tanaman kakao dan mengetahui konsentrasi yang optimal untuk meningkatkan produksi buah kakao. Penelitian dilaksanakan di Desa Bonto Macinna, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan pada bulan Juli 2021 hingga Januari 2022. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan lima taraf konsentrasi paclobutrazol, yaitu 0 mL.L<sup>-1</sup> (control), 5 mL.L<sup>-1</sup>, 10 mL.L<sup>-1</sup>, 15 mL.L<sup>-1</sup>, and 20 mL.L<sup>-1</sup>. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 15 unit percobaan dan setiap unit terdiri atas 3 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi 10 mL.L<sup>-1</sup> secara signifikan memiliki produksi buah kakao tertinggi yaitu 309,44 kg.ha<sup>-1</sup> dibandingkan dengan konsentrasi paclobutrazol lainnya. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa 10 mL.L<sup>-1</sup> merupakan konsentrasi yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan reproduksi dan memaksimalkan produksi kakao.</em></p>2025-09-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Reynaldi Laurenze, Nasaruddin Nasaruddin, Reski Anugraeni Rahmanhttps://agroteknika.id/index.php/agtk/article/view/545Pengaruh Asam Salisilat terhadap Umur Berbunga, Umur Panen, dan Kandungan Klorofil pada Beberapa Kultivar Lokal Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) pada Ketinggian Menengah 400-700 Mdpl2025-09-25T21:25:19+07:00Relly Ermandoermandorelly224@gmail.comLutfhi Aziz Mahmud Siregarermandorelly224@gmail.comJonatan Gintingermandorelly224@gmail.com<p><em>Kacang merah (Phaseolus vulgaris </em>L<em>.) merupakan sumber protein nabati yang kaya akan karbohidrat kompleks, serat, vitamin, dan mineral. Budidaya kacang merah di dataran menengah, khususnya di Sumatera Utara, memiliki potensi besar untuk meningkatkan ketahanan pangan dan efisiensi pemanfaatan lahan. Namun, faktor lingkungan seperti suhu tinggi dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan tanaman. Asam salisilat (SA) diketahui berperan penting dalam meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman abiotik melalui peningkatan fotosintesis, perlindungan struktur morfologi, dan peningkatan aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh aplikasi asam salisilat dan beberapa kultivar lokal kacang merah asal Simalungun terhadap pertumbuhan tanaman pada dataran menengah dengan ketinggian 400-700 mpdl. Penelitian dilakukan di Desa Rumah Galuh, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor, yaitu sembilan kultivar kacang merah dan tiga konsentrasi asam salisilat (0 ppm, 100 ppm, dan 200 ppm) dengan kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehingga terdapat total 81 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi asam salisilat 200 ppm secara signifikan mempercepat waktu berbunga dan panen dibandingkan perlakuan lainnya. Sebaliknya, perbedaan kultivar tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tanaman. Kandungan klorofil a, klorofil b dan klorofil total tertinggi ditemukan pada perlakuan 100 ppm, meskipun perbedaannya tidak signifikan. Secara keseluruhan, aplikasi asam salisilat, khususnya pada konsentrasi 200 ppm terbukti efektif dalam mempercepat pembungaan dan panen pada kacang merah lokal asal Simalungun, sehingga berpotensi meningkatkan produktivitas tanaman di dataran menengah.</em></p>2025-09-25T16:20:36+07:00Copyright (c) 2025 Relly Ermando, Lutfhi Aziz Mahmud Siregar, Jonatan Ginting